Makhluk di Balik Layar

Tidak ada komentar


Aneh sekali melihat mereka bisa bersinar begitu terangnya. Dikenal dan disenangi banyak orang. Berbicara dan berbagi dengan banyak orang. Merangkul dan dipeluk banyak orang. Kehidupan orang-orang seperti itu selalu berbanding dengan makhluk pinggiran seperti diriku ini. Sebenarnya aku gak begitu menginginkan kehidupan seperti mereka. Aku sangat memahami diriku yang kaku saat berbicara dengan orang, diriku yang terlalu lelah menghadapi banyak orang. Tapi tetap saja, keberadaan mereka selalu membuatku bingung. Apakah mereka ada dan diciptakan hanya untuk membuat orang lain merasa terpuruk dan mendorong orang lain ke belakang layar?

Katanya gak begitu menarik, makanya gak perlu diajak. Katanya juga, malu-maluin balik aja ke kamar. Katanya juga kirain kamu gak mau ikut, makanya gak ngajak. Orang seperti diriku memang lebih cocok dengan kesendirian. Gak pernah ada kata lelah dalam kesendirian, gak ada juga kata-kata dan pandangan yang menusuk. Tapi ada kalanya orang yang nyaman dengan kesendirian juga ingin ditatap.

Seorang yang pendiam, gak menarik dalam tampilan fisik, gak jago ngomong, suka kucing dan buku. Katanya orang yang kayak gini cocoknya nulis aja, gambar aja, soalnya gak banyak interaksi sama banyak orang. Katanya gak cocok jadi psikolog juga, karena lebih cocok jadi pasien eh. Berchandyaa. Yaa pokoknya lebih baik diem aja di belakang, jangan keluar darisana. Kan katanya gak nyaman hehe, gitu gak sih.

Semua orang kayaknya cukup tahu gimana kriteria orang yang ada di depan atau di belakang layar. Sekali lirik juga mungkin bisa terlihat. Tapi memang begini adanya, supaya dunia tetap stabil. Karena kalau ditukar juga mungkin aku gak akan sanggup. Kehidupan orang lain memang selalu terlihat mengagumkan dan selalu sukses membuat kita kehausan. Siapa yang tak mau memiliki kehidupan sukses dan dikelilingi dengan orang yang menyayangi kita juga? Tapi, kehidupan seperti itu mungkin bukan cuma untuk orang di belakang layar saja. Mereka yang kita kira selalu menghiasi panggung juga mungkin pernah merasa jadi pemain di belakang layar. Perlahan mereka mulai menaiki setiap anak tangga dan menjadi seseorang yang kita lihat sekarang. Ya semua yang ada di panggung udah pasti terlihat.

Tapi hidup seperti ini sudah cukup? dengan tegas aku mengatakan “belum, ayo lakukan sesuatu lagi. Yang lebih membuat diri ini kebakaran dan berkeringat supaya senyum yang muncul setelah api padam bisa lebih lebar lagi”. Tapi, aku sendiri lebih sering merasa bahwa aku terjebak di belakang layar ini. Sulit untuk membukanya apalagi menaiki panggungnya. Apa mungkin aku bisa menaiki panggung diriku sendiri? Mungkin penontonnya tak sebanyak orang lain. Mungkin cuma ada 5 sampai 8 orang. Mungkin juga gak semeriah sorakan dan teriakan orang lain. Ucapan selamat yang didapat juga tak sebanyak orang lain. Tapi mungkin ini cukup. Katanya manusia itu serakah, selalu ingin lebih setelah mendapat sesuatu. Makanya Tuhan menjaga mereka yang dicintaiNya dari perasaan serakah yang bisa mendorong masuk ke jurang terdalam.

Jadi mungkin saat ini aku akan fokus membagun panggung diriku sendiri, panggung bersi diriku, dengan dekorasi kesukaanku. Mungkin dekorasinya bakal agak kusam karena lebih banyak terciprat air yang keruh dibanding air bersih. Dekorasinya juga gak akan begitu mewah, karena yang bikin panggung bukan seseorang yang cocok dengan kemewahan. Mungkin juga gak akan begitu menarik sampai bisa menahan orang yang tidak diundang datang. 

Ini panggungku, aku akan menyelesaikannya dan mencoba membuka layarnya. Melihat penonton yang gak seberapa itu, tapi sudah bisa kubayangkan bagaimana senyum mereka. Menikmati sorakan dan tepuk tangan kecil dari orang yang sekian koma persen dari penduduk dunia. 

Jadi tak masalah untuk saat ini menjadi makhluk di balik layar sambil memikirkan konsep yang menarik untuk panggung ku nanti. Supaya para penonton senang. Supaya aku bisa memperlihatkan semua hal tentangku dengan baik dan tanpa ada kendala. Saat itu tiba aku mungkin bisa berteriak

“INI AKU, AKU BAHAGIA MENJADI DIRIKU”.

Komentar